Kucoba untuk merasakan kembali udara dingin yang menusuk kulit saat kita mencoba berangkat ke daerah pegunungan tanpa perlengkapan yang memadai, bagaimana kau menceritakan kepanikanmu saat tahu bahwa aku sempat menghilang selama beberapa jam dalam perjalanan menuju puncak gunung. Merasakan sakitnya buah tangan yang kau berikan saat tahu aku berkelahi dengan seseorang yang kau kenal karena masalah sepele. Mendengar rengekanmu jika kehabisan rokok adalah sebuah berkah untukku, karena itulah saat dimana aku bisa melihat wajahmu yang sebenarnya.
Kuletakkan foto itu dalam kotak yang telah menyimpannya selama hampir dua tahun. "Biarlah kau hidup di dalam sana, abadilah dalam ingatanku, meskipun kini ragamu entah dimana, jiwamu tersesat entah kemana, kenangan ini akan selalu tersimpan rapi. Abadilah wahai saudara lawan jenis ku, maafkan diriku yang tidak pernah bisa menganggapmu sebagai seorang wanita biasa. Kau hanya terlalu tangguh untuk ukuran wanita seumuranmu. Berbahagia lah, aku masih bersamamu saat ini dan sampai saatnya tiba, dimana kita akan bersua kembali, tentu saja kita akan bercerita banyak tentang hidup ini", ucapku dalam hati seraya melangkah jauh meninggalkan tempat yang kita sebut sebagai "Rumah Idaman".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar